Bagi para pelanggan dan pembaca setia Tempo
(koran dan majalah) akan segera paham bahwa media ini tidak berimbang
dalam kasus Hambalang. Khususnya dalam menginvestigasi siapa-siapa yang
terlibat dalam korupsi Hambalang. Akibatnya, pemberitaannya tendensius
dan mengarah pada pengadilan opini. Anas Urbaningrum adalah contoh jelas
korban pembunuhan karakter oleh Tempo. Padahal, semua orang tahu Tempo adalah satu-satunya media investigatif terkemuka di Indonesia dan sangat dipercaya publik.
Mengapa dalam kasus Hambalang terkesan Tempo mengganyang Anas?
Pertama, Tempo juga media-media lain
percaya saja pernyataan-pernyataan Nazaruddin sebagai saksi korupsi
Hambalang. Tanpa verifikasi dan investigasi mendalam. Padahal, seorang
saksi pun bisa dan sangat mungkin berbohong. Mestinya, bagi media
sekelas Tempo, sumber pemberitaan harus benar-benar dipastikan
akurasi dan kebenarannya. Tidak ditelan mentah-mentah. Apalagi
terus-menerus dikutip sehingga seolah kebenaran, padahal belum tentu
sahih.
Kedua, Tempo juga media-media lain
berangkat dari sikap positif, bukan negatif pada pernyataan Nazaruddin.
Ketika kesaksian atau pernyataan Nazar disampaikan kepada media, Tempo langsung menerimanya dengan positif. Ia hanya mencari jawaban orang yang dituduhkan agar terlihat berimbang (cover both sides). Padahal, sekelas Tempo
harus bisa memastikan pernyataan itu benar atau palsu. Pernyataan di
bawah sumpah dalam pengadilan saja bisa palsu, apalagi yang cuma
cuap-cuap di media.
Ditambah lagi, Nazar adalah seorang politisi yang
bermasalah. Sangat mungkin Nazar menyebar kebohongan untuk menghancurkan
musuh-musuh politiknya. Atau, boleh jadi ia dimanfaatkan oleh
pihak-pihak tertentu untuk dengan sengaja menghancurkan reputasi Anas.
Cara-cara keji Nazar itu harus diantisipasi. Dan Tempo (sengaja?) lalai dalam soal ini.
Ketiga, Tempo meyimpan motif politik dalam pemberitaannya. Ini mudah tercium lewat headline-headline-nya. Selama setidaknya 1,5 tahun terakhir telah puluhan kali Anas menjadi headline.
Tapi bandingkan dengan pemberitaan kasus korupsi Bank Century, impor
sapi, cetak Alquran, pajak Asian Agri, pajak Bakrie. Headline
kasus-kasus korupsi itu bisa dihitung dengan jari. Tidak semasif dan
sebersemangat menuduh keterlibatan Anas Urbaningrum. Mengapa Anas terus
dibombardir dan diganyang Tempo padahal dia belum pasti bersalah? Sementara KPK baru memanggilnya sebagai saksi? Hanya Tuhan dan Tempo yang tahu.
Padahal, jika memang Anas terlibat, sudah jauh-jauh
hari KPK menangkapnya. KPK andal dalam mengungkap korupsi. Jadi sungguh
aneh jika Tempo begitu yakin menuduh Anas bersalah, dengan
hanya kesaksian Nazaruddin, sementara KPK saja tidak menemukan bukti
keterlibatan Anas Urbaningrum dalam kasus Hambalang.
Lalu, apa motif politik Tempo? Lagi-lagi hanya Tuhan dan Tempo yang tahu. Kita berharap, Tempo
sedang tidak dimanfaatkan (apalagi dibayar?) oleh pihak-pihak tertentu
untuk dengan sengaja menghancurkan integritas dan karier Anas
Urbaningrum. Akan lebih parah lagi jika di kemudian hari ketahuan ada
pesanan dari musuh-musuh politik Anas, seperti Cikeas, untuk
menghancurkan nama baik Anas! Semoga tidak benar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar